Wednesday, September 10, 2008

Di mana saja aku pernah tinggal?

1965-1980
Tinggal di rumah kelahiran, desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Sesungguhnya ini rumah Nenek (Suharmini, 1912-1992?). Bapak dan Ibu (Kadarroesman dan Sabarwati) hanya nebeng sampai ketiga (sesungguhnya 5, meninggal ketika masih kecil 1, dan meninggal di kandungan 1, keduanya laki-laki) anaknya lahir dan besar. Setidaknya sampai aku bisa mengingat, di rumah Mejobo itu ada tinggal: Buyut (meninggal 1972), Nenek (meninggal 1992), Bapak (meninggal 1975), Ibu, Mbak Pur (meninggal bulan Puasa 2007), Aku, Priyo, Osman.
Aku sekolah di SD Mejobo I, tahun 1971 padahal sebenarnya ada sekolah yang lebih dekat yakni SD Mejobo II yang hanya mengasih murid sampai kelas III (setelah itu harus ke SD Mejobo I juga). Bayangkan, anak SD sekolah jaan kaki sampai kira-kira 1 km. Hanya setengah tahun pertama saja aku diantar membonceng sepeda, selebihnya jalan kaki. Awal sekolah juga bukan sesuatu yang menyenangkan. Sempat dipukuli pakai sapu lidi karena menolak masuk ruang kelas semasa SD. Siapa sangka akhirnya malah aku lulus dengan nilai terbaik.
Bulan Januari tahun 1977 mulai sekolah di SMP 2 Kudus. Mencari (tepatnya: membeli) formulir pendaftaran saat itu bukan persoalan mudah. Sepupuku bahkan harus antre 3 hari, itupun mulai dari sebelum subuh, baru dapat formulir. Ada tes masuk waktu itu. Untuk menambah percaya diri, sore sebelum tes Ibu bahkan pergi ke 'orang tua' yang membekaliku dengan sebongkah kemenyan untuk digigit dan disemburkan di ruangan tes setelah tes berlangsung. (Antara percaya dan tidak, aku patuh melakukannya. Apakah aku diterima karena itu? Wallahualam!). Menjelang kelas 3 SMP sekolah diperpanjang setengah tahun, agar tahun ajaran baru dimulai pada bulan Juli. Alasannya, kalau tak salah, agar sama dengan tahun ajaran baru di berbagai tempat di LN. Apa benar begitu, aku belum sempat mengkonfirmasikannya sampai saat ini.

Juli 1980 - Juni 1984
Ini saat aku sekolah di STM Pembangunan Semarang. Sempat dianggap nggak mungkin bisa diterima karena aku cuma anak kampung, tetapi akhirnya bisa diterima juga. Tinggal di rumah Budhe, yang saat itu rumahnya juga menjadi hunian mahasiswa kost dari Kedokteran Undip. Ini tahun-tahun pemandirian. Tinggal di kota besar, mengerjakan segala sesuatu sendiri, banyak asam-garam kehidupan aku alami di sini. Hampir tiap sabtu pulang, dan nyaris selalu dijemput mbak Pur di terminal Kudus. Saat itu terminal ada di lokasi tugu Menara sekarang. Hanya kalau mbak Pur tidak bisa jemput, aku pulang naik becak. Waktu itu, becak dari terminal sampai rumah hanya Rp. 5000.
Masa yang menyenangkan, penuh semangat, sesak oleh cita-cita dan ambisi. Di masa sekolah ini aku sempat pula tinggal 3 bulan di Bandung, di Cisitu, selama Praktek Industri di LEN Jl. Sukarno Hatta. Tinggal sau indekosan dengan sepupu, SS.

Juli 1984 - Februari 1990
Masa sekolah di IKIP Negeri Yogyakarta. Bekalnya: Tunjangan Ikatan Dinas. Nggak pernah bercita-cita jadi guru, malah mendaftar ke SPG yang pernah aku lakukan dulu, bahkan sengaja tidak aku ikuti tes-nya. (Andai aku guru SD, mungkin malah sudah jadi KS atau guru bersertifikat ya?). Pengalaman mandiri di Semarang menjadi semakin tertempa di kota pelajar ini. Masjid, sesuatu yang 'jauh' dari kehidupanku di Kudus maupun Semarang, mulai kudekati. Selama episode Yogya ini aku tinggal hanya di satu tempat indekos Krml A20. Arah hidup makin terbentuk, meskipun karena tidak diterima menjadi dosen, aku sempat ngabur ke Jakarta, menjadi penulis ensiklopedi. Ini episode menyenangkan dalam hidup karena mengerjakan sesuatu yang kusukai. Minusnya: diperintah oleh orang lain, yang memang pemilik perusahaan.

Februari 1990-Februari 1991
Episode Jakarta, Cipta Adi Pustaka, dan Erlangga. Bekerja sebagai editor dan kontributor di PT Cipta Adi Pustaka, yang a.l. menerbitkan Ensiklopedi Nasional Indonesia. Masa yang singkat itu aku mengenal Alm. Hadyana Pudjaatmaka, yang kemudian menjadi 'mentor' yang tak pernah melarangku untuk berselingkuh dengan Erlangga saat seharusnya mengerjakan tenggat penulisan di CAP. Beliau tahu, aku diupah terlalu kecil, jadi membiarkan, bahkan menganjurkan untuk berselingkuh saja. Rentang satu tahun ini aku tinggal di keluarga sepupu, di Rawamangun.

(will be continued)

No comments: