Tanggal 18 dan 19 kemarin aku ke Jakarta. Acaranya singkat sebenarnya: penyamaan persepsi untuk calon instruktur terkait program-program PJJ. Berangkat pagi jam 07.40 pakai Mandala (SRG-CKG, 230). Kumpul dengan beberapa teman (beberapa sudah kenal atau sudah pernah ketemu, yang lain baru kali itu ketemu). Point-nya, tahun 2008 ini ada beberapa kegiatan pelatihan untuk men-support program PJJ yang telah berlangsung 2 tahun terakhir. Bagianku dan SH adalah pelatihan bahan ajar web (e-learning). Penyamaan persepsi dilakukan terkait digunakannya LMS yang Moodle-like buatan HBS dan RF (?) dari UI.
Pulang tanggal 19 siang (meski pesawat rencananya take of 18.35, pakai Sriwijaya, CKG-SEG, 618). Bandara ramai sekalai, nyaris seperti stasiun kereta saat menjelang lebaran. Mencoba check-in jam 16.00, loket belum dibuka untuk tujuan SRG jam 18.35. Daripada nggak bisa duduk (tak ada tempat duduk di ruang check-in terminal keberangkatan) aku keluar, sempat baca-baca sambil duduk di bangku meskipun suasana lumayan crowded.
Karena lapar (padahal sudah makan siang), aku sempatkan makan di Singgalang Jaya. Untuk jaga-jaga biar nggak masuk angin.
Kira-kira jam 16.45 aku kembali ke ruang check-in. Loket sudah dibuka, dan aku dapat tempat duduk di nomor 10B. Langsung saja aku naik ke ruang tunggu sambil menyempatkan diri membeli asuransi yang 10-ribuan.
Sialnya, bau beberapa saat duduk di rung tunggu, ada berita pesawat didelay 50 menit, jadi kira-kira baru akan take-off jam 19.25. Wah lama sekali nunggunya.
Beberapa kali petugas terdengar memanggil penumpang yang belum muncul. Tak lama terdengar teriakan petugas: "Semarang ... semarang, siapa penumpang semarang yang mau mengisi 2 kursi kosong". Tanpa pikir panjang aku tunjuk tangan, nyerahin boarding pass dan lari mengikuti petugas ke pesawat. Saat itu baru jam 18.00 lebih sedikit. Bersamaku seorang ibu 50 tahunan juga ikut. Sambil jalan aku mikir: nggak bener ini! Namaku pasti tidak tercantum di manifes pesawat. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan pesawat ini (dalam boarding pass aka seharusnya naik SJ-222, tapi kemudian menggantikan posisi orang yang tidak datang, di flight SJ-220)? Cuek! Aku tetap naik. Sepanjang jalan di lorong pesawat aku mendengar penumpang ngedumel, menganggap akulah biang telatnya SJ-220. Kalau saja mereka tahu .....
Untuk menyiapkan kalau-kalau terjadi hal buruk, sebelum mematikan HP aku kirim SMS ke Mamanya Ido dan pak Sahid kalau aku jadinya menumpang SJ-220, bukan SJ-222 seperti rencana semula. Pramugari memperingatkan agar aku mematikan HP. Okey, pasti aku matikan setelah send SMS ini. Beres!
Pesawat take-off, cuaca buruk. Beberapa kali terguncang cukup keras tanda cuaca buruk. Tidak seperti Mandala waktu berangkat kemarin, Sriwijaya tetap menghidangkan snack. Mandala, alamak, malah nawarin mie instant, pake bayar lagi (Jadi inget kalau naik patas SMG-TGL, di Pekalongan pasti banyak asongan yang nawarin mie macam itu. Pernah pak Haryono beliin aku di bus, yang terpaksa aku ikut makan meskipun sebenarnya kurang berminat.
Aneh juga ya, pramugari Mandala sekarang mau juga disuruh jualan (!) mie instant di atas pesawat. Beberapa orang sempat aku lihat beli itu mie. Wah, aromanya pasti menyebar ke sekitar pembelinya!.
O, ya, waktu berangkat kemarin, di loket check-in secara kebetulan ketemu pak MEW. Katanya baru jam 08 malemnya pulang dari Jerman dan paginya harus ke Jakarta lagi. Surprise! Beliau minta boarding pass ku, dan bayarin airport tax-nya. Sayang aku duduk berjauhan dari beliau jadi nggak sempat ngomong2 (aku di 28F, berdampingan dengan ibu-anak 80 dan 60 tahun yang ke Jakarta berdua saja, sedangkan pak MEW di 2).
That's all. Aku toh akhirnya tiba selamat di rumah, pada jam 19.45. Seharusnya masih di atas Jakarta!! Tapi rasanya aku nggak mau mengulang lagi. Bayangkan kalau ada apa-apa dengan pesawat. Bisa-bisa orang anggap aku hilang misterius.
No comments:
Post a Comment